REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Pernahkan orang tua Anda merasa tidak bahagia padahal mereka baru saja menghabiskan waktu berlibur? Atau pernahkah orang tua Anda merasa tidak menikmati liburan sementara banyak waktu bagi mereka untuk berlibur? Pertanyaan-pertanyaan demikian yang kemudian menjadi bahan riset Erasmus University, Rotterdam terhadap 1.530 pria dan wanita dengan rentang usia 50 tahun.
Dalam studi tersebut peneliti bertanya kepada para partisipan apakah mereka sudah berlibur delapan minggu sebelumnya. Selanjutnya, peneliti menanyakan suasana hati mereka saat ini. Nyatanya, sebagian besar partisipan tidak lebih bahagia ketimbang satu atau dua bulan sebelum mereka liburan.
"Manfaat maksimum liburan terjadi dua minggu setelah pulang. Setelah itu, mereka yang berlibur tidak lebih bahagia dari sebelumnnya. Namun, liburan bukanlah serta merta membuang waktu. Seseorang yang berencana berlibur namun belum berangkat cenderung lebih bahagia ketimbang seseorang yang tidak berencana libur," papar Jeroen Nawijn, pemimpin riset tersebut seperti dikutip dari dailymail, Rabu (8/9). Dengan kata lain, kata Nawijn, dirinya melihat setiap orang berkeyakinan bahwa mereka begitu bahagia saat liburan. Namun, harus diakui tidak semua orang bahagia ketika liburan.
Karena itu, Nawijn menyarankan agar mereka yang ingin berlibur sebaiknya tidak menghabiskan waktu berlama-lama. "Efek panjang liburan tidak tergantung pada liburan yang panjang," kata dia.
Sementara itu, Psikoloh Cambridge, Felicia Huppert mengatakan hasil riset begitu menyesatkan. Menurut dia, tim riset hanya mengukur kebahagian yang dirasakan pada saat itu. Karena itu, dirinya meilihat hal itu tidak bisa menjadi gambaran yang akurat. "Saat ini, psikolog lebih tertarik dengan jenis kebahagian lain seperti apakah tujuan hidup seseorang, bagaimana hubungan Anda dengan orang-orang," kata dia.
Sumber : menujuhijau.blogspot.com